Makalah Profesi Keguruan

Pelajaran Hari Ini :
www.makalahinyong.blogspot.com














BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).

Ironisnya kekawatiran di dunia pendidikan kini menyeruak ketika menyaksikan tawuran antar pelajar yang bergejolak dimana-mana. Ada kegalauan muncul kala menjumpai realitas bahwa guru di sekolah lebih banyak menghukum daripada memberi reward siswanya. Ada kegundahan yang membuncah ketika sosok guru berbuat asusila terhadap siswanya.

Dunia pendidikan yang harusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar tentang moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dengan tindak kekarasan dan asusila. Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahaman dalam memposisikan profesi guru.

Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak benar.

B.       Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan dintaranya sebagai berikut :

1.         Apa yang dimaksud dengan profesi guru ?

2.         Apa fungsi dari adanya organisasi profesi kependidikan ?

3.         Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan perilaku profesi guru ?

4.         Wawasan seperti apa yang semestinya dimiliki oleh seorang guru profesional ?

5.         Hal-hal apa saja yang berkaitan dengan kode etik guru di Indonesia ?

C.      Tujuan  

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

1.         Menjelaskan apa yang dimaksud dengan profesi guru.

2.         Menjelaskan fungsi dari organisasi profesi kependidikan.

3.         Menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan perilaku profesi guru.

4.         Menjelaskan wawasan yang harus dimiliki oleh seorang guru.

5.         Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan kode etik guru Indon

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Profesi Guru

1.    Guru Sebagai Profesi

Profesi adalah suatu hambatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya (Satori, 2003:1-2). Berdasarkan pernyataan itu, pekerjaan yang disebut profesi hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian atau tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, tetapi hanya dapat dilakukan oleh orang yang dengan sengaja dipersiapkan untuk memangku jabatan itu.

.

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Bab III pasal 7) dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

a.       Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

b.      Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan dan ketakwaan dan akhlak mulia,

c.       Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,

d.      Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya,

e.       Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan,

f.       Memperoleh penghasilan yang ditentukan dari prestasi kerja,

g.      Memiliki kesempatan untuk mengembangkakn keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat,

h.      Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

i.        Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.

Pekerjaan guru sebagai profesi tidak dapat dilakukan  oleh sembarang orang tetapi hanya dapat dilakukan oleh prang-orang yang sudah dipersiapkan melalui pendidikan atau pelatihan guru. Sebutan yang dapat diberikan bagi para guru yang telah memiliki prinsip-prinsip profesi sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen ? Untuk memperoleh penjelasan itu, dibawah ini dikemukakan beberapa istilah atau sebutan yan berkaitan dengan profesi, seperti profesional, profesinalisme dan profesinalisasi.

a.       Sebutan Profesional biasa ditujukan kepada sebutan : Guru Profesional, Dosen Profesional, Dokter Profesional, dan sebagainya. Sebutan tersebut merupakan pengakuan dan penghargaan kepada seseorang baik secara formal dan lembaga/pemerintah karena terpenuhinya persyaratan atau prinsip-prinsip keprofesiannya maupun informal yang diberikan masyarakat pengguna jasa keprofesian karena untuk kinerja keprofesiannya.selanjutnya dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1), dijelaskan, Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan leh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan Profesionalitas mengacu pada tingkat pengetahuan dan keahlian yang mendasari pelaksanaan tugas-tugas profesinya, baik  mendidik, mengajar, menilai, sampai dengan membimbing peserta didiknya.

b.      Profesionalisme menunjukkan kecenderungan sikap dan komitmen para anggota suatu profesi dalam meningkatkan kemampuan keprofesisannya.

c.       Profesionalisasi merupakan suatu proses upaya pengembangan profesi (professional development) ke arah posisi atau identitas profesi yang di akui, dihargai dan dipercaya oleh semua pihak

Dengan demikian profesionalisasi merupakan suatu proses pengembangan keprofesian yang sistematis dan berkesinambungan melaui berbagai program, baik program pendidikan pra jabatan maupun dalam jabatan.

2.    Tanggung Jawab Guru Profesional.

Guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab secara formal (kepada pemerintah yang mengangkatnya) dan secara moral (kepada stakeholders dan Tuhan YME). Karena itu, mereka dituntut menyelenggarakan proses pendidikan dengan penuh pemahaman dan penghaargaan terhadap setiap peserta didiknya. Walaupun tugas utama guru di dalam kelas adalah mengajar bukan berarti bebas dari tuntutan utama sebagai pendidik, karena tugas guru tidak terbatas kepada penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi secara sadar ataupun tidak, segala perilaku guru akan berpengaruh terhadap perkembangan karakter peserta didiknya. Bahkan terhadap ruang lingkup sosial yang lebih luas baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Seorang guru tidak cukup memahami karakteristik siswa sebagai subjek didik atau peserta didik, tetapi seorang guru dituntut untuk memahami karakteristik pribadi dirinya dan kondisi serta situasi pendidikan yang sedang dan akan diijalaninya. Sehingga seorang guru diharapkan mampu menciptakan suasana pendidikan yang kondusif bagi proses pendidikan.

Pada umumnya, tugas dan tangguung jawab guru dalam mengembangkan profesinya sebagai pendidik, terkandung dalam kegiatan guru sebagai berikut :

a.       Pengajar,

b.      Pembimbing,

c.       Administrator kelas,

d.      Pengembang kurikulum,

e.       Pengembang profesi, dan

f.       Membina hubungan dengan masyarakat.

Keenam tugas dan tanggung jawab diatas merupakan tugas pokok profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Sebagai pengajar, guru dituntut memiliki seperangkat pengethauan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasi ilmu atau  bahan yang akan diajarkannya.

Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada peserta didik dalam mengembangkan potensinya, sehingga fokus bantuan tidak hanya pada pemecahan masalah yang dihadapi peserta didik tetapi lebih kepada upaya bantuan agar para peserta didik mampu memahami diri, lingkungan dan menyesuaikan perilakunya dengan tuntutan diri dan lingkungannya. Dengan demikian, seorang guru sebagai pembimbing tidak hanya terbatas pada aktifitas remedial pengajaran atau tes remedial, tetapi lebih memberikan pemahaman dan penyesuaian pribadi sosial, akademik, karier dan sikap religiuditas peserta didiknya.

Di dalam kelas guru adalah seorang administrator, tetapi lebih daripada itu, guru pun sebagai sutradara yang akan mengatur alur cerita (sekenario) pembelajaran dikelasnya. Karena itu tugas dan tanggung jawab di dalam kelas tidak hanya mengatur  ketatalaksanaan pembelajaran tetapi guru bertugas mempersiapkan situasi dan kondisi agar pserta didik mau siap untuk belajar.

Tanggung jawab mengembangkan kurikulum membawa implikasi bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru, penyempurnaan praktek pendidikan, khususnya dalam praktek pengajaran, kemudian mencoba mencari jalan keluar bagaimana mengatasi kekurangan alat peraga dan buku pelajaran yang diperlukan oleh siswa. Tanggung jawab guru dalam hal ini ialah berusaha untuk mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan penyempurnaan praktik pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Kurikulum sebagai program belajar atau semacam dokumen belajar yang harus diberikan kepada para siswa. Pelaksanaan kurikulum tidak lain adalah pembelajaran.

Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak dapat dilakukan oleh orang lain, kecuali dirinya. Demikian pula, ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut untuk bersungguh-sungguh dengan komitmen tinggi, bukan sebagai pekerjaan sambilan.

Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat berarti guru harus dapat  berperan menempatkan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Darmodiharjo (1982:7-8) mengemukakan 3 tugas pokok yang harus diemban oleh guru, sebagai berikut :

a.  Tugas Profesional (Professional Task) yaitu tugas yang berkenaan dengan profesinya yaitu mendidik, mengajar, melatih, dan mengelola ketertiban sekolah.

b.   Tugas Manusiawi (Human Responsibility) yaitu tugas yang berkenaan dengan dirinya sebagai manusia. Dalam hal ini guru dituntut untul mewujudkan dirinya, artinya ia harus mampu merealisasikan dirinyasesuai dengan potensi yang dimilikinya.

c.   Tugas Kemasyarakatan (Civic Mission) yaitu tugas yang berkenaan dengan dirinya sebagai wrga masyarakat dan warga negara. Dalam hal ini, guru dituntut untuk dapat membimbing siswanya menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab atas kemajuan bangsanya. Dengan demikian, guru berfungsi sebagai perancang masa depan dan pionir perkembangan masa depan.



Berdasar kepada pernyataan diatas, nampak jelas bahwa peranan guru dalam proses pendidikan tidak hanya terbatas pada penyampaian sistem nilai dan ilmu pengetahuan, tetapi lebih jauh seorang guru pun dituntut untuk mengembangkan potensi dan mengaktualisasikan dirinya sebagai modal dalam memberikan contoh keberhasilan pendidikan bagi para peserta didiknya.

B.       Organisasi Profesi Kependidikan

1.    Berbagai Organisasi Profesi Guru/Kependidikan

Didalam perkembangannya organisasi guru telah banyak mengalami diferensinya dan di versifikasi. Sebagaiaman telah dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat (6) bahwa “ Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususnya seta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Akan tetapi yang perlu di ingat bahwasannya setiap organisasi kependidikan guru/kependidikan dapatnya memberi manfaat bagi anggotanya, baik melindungi anggotanya dan melindungi masyarakat.

2.    Manfaat Organisasi Profesi Guru.

Suatu profesi muncl berawal dari adanya public trust kepercayaan masyarakat (Bigs dan Blocher, 1986: 7). Kepercayaan masyarakat yang menjadi penopang suatu profesi didasari oleh ketiga perangkat keyakinan.

a.    Kepercayaan terjadi dengan adanya suatu persepsi tentang kompetensi.

b.    Adanya persepsi masyarakat bahwa kelompok-kelompok profeional mengatur dirinya dan lebih lanjut diatur oleh masyarakat berdasarkan minat dan kepentingan masyarakat.

c.    Persepsi yang melahirkan kepercayaan masyarakat itu ialah anggota-anggota suatu profesi miliki motivasi untuk memberikan layanan kepada orang-orang dengan siapa mereka bekerja.

Konsepsi profesi, seperti diatas merupakan refleksi nurani pihak professional yang pernyataannya tersurat dan tersirat dalam standart difikasi, yang selanjutnya disebut kode etik. Bahwasannya hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Oleh karena itu, seorang profeional yang melanggat standart etis profesinya akan berhadapan dengan sanksi tertentu.

3.    Ciri-ciri Profesi

Menurut Erick Hoyle (1969 : 80-85) mengemukakan enam cirri profesi, yakni:

a.         a profession perform on essential social service (suatu profesi menunjukan suatu pelayanan sosial)

b.         a profession is founded upon a systematic body of academicof knowledge (suatu profesi didasari oelh tubuh keilmuan yang sistematis)

c.         a profession requires a lengthy period of academic and praticel training (suatu profesi memerlukan suatu pendidikan dan latihan dalam periode waktu cukup lama)

d.        a profession has a light degree of autonomy (suatu profesi memiliki otonomi yang tinggi)

e.         a profession has a code of ethies (suatu profesi memiliki kode etik)

f.          a profession generate in service growth (suatu profesi berkembang dalam proses pemberian layanan)

4.    Fungsi Organisasi Profesi Kependidikan

Organisasi kependidikan selain sebagai cirri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi sebagai pemersatu seluruh anggota dalam kiprahnya menjalankan tugasnya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan professional, kedua fungsi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

a.         Fungsi Pemersatu

Dorongan yang menggerakkan pada professional untuk membentuk suatu organisasi keprofessian. Secara intrinstik, para professional terdorong oleh keinginanya mendapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan profesi yang diembannya. Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengembangan suatu profesi yang secara teoritas sangat sulit dihadapi dan diselesaikan.

b.         Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional

Fungsi ini telah tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi ; “ Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk peningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan professional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.

Menurut Johnson (Abin Syamsuddin, 1999 :72), kompetensi kependidikan dibangun oleh enam perangkat kompetensi berikut ini :

a.         Performance component, yaitu unsur kemampuan penampilankinerja yang sesuai dengan profesi kependidikan

b.         Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan yang relevan.

c.         Profesional component, yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi pengetahuan dan ketarampilan teknis profesi kependidikan.

d.        Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental mencakup berpikir logis dalam pemecahan masalah.

e.         Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri berdasarkan karakteristik pribadi pendidik.

f.          Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian pendidik/guru.

5.    Tujuan Organisasi Profesi Kependidikan

Menurut visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang professional :

a.      Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, hal itu merupakan upaya organisasi dalam bidang mengembangkan karir anggota sesuai bidang pekerjannya.

b.  Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal pada diri tenaga kependidikan.

c.   Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profeional anggota merupakan upaya para professional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai kemampuan.

d.   Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi.

e.  Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan merupakan upaya organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya.

6.    Ragam Bentuk Partisipasi Guru

Bentuk partisipasi anggota profesi tidak sebatas terdaftar menjadi anggota dengan memberikan sejumlah iuran rutin, namun lebih dalam bentuk nyata yang bersifat professional. Beberapa bentuk partisipasi dalam organisasi profesi guru bias berupa :

                       a.      Aktif mengomunikasikan berbagai pikiran dan pengalaman yang mengarah kepada pembaharuan dan perbaikan mutu pendidikan.

                      b.    secara aktif melakukan evaluasi diri, baik secara perorangan mapun kelompok dalam hal praktek professional dengan mengacu kepada standart profesi yang telah ditetapkan oleh organisasi.

                       c.   Bentuk partisipasi mewujudkan perilaku dan sikap professional dalam kehidupan dan lingkungan kerja guru.

 7.    Jenis-jenis Organisasi Profesi Kependidikan yang Ada di Indonesia

Jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia: \

a.         Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),

b.         Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),

c.         Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI),

d.        Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI).

C.      Perilaku Profesi Guru

1.    Konsep Dasar Sikap dan Perilaku

Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/menghindari sesuatu.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.

Struktur sikap siswa terhadap konselor terdiri dari tiga komponen yang terdiri atas :

a.         Komponen kognitif

Komponen ini berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan tentang objek.

b.         Komponen afektif

Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap sikap.

c.         Komponen Konatif

Komponen ini merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi, bertindak terhadap objek sikap.

Katz (dalam Walgito, 1990:110) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai empat fungsi, yaitu:

a.       Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian, atau fungsi manfaat. Fungsi ini berkaitan dengan sarana tujuan. Di sini sikap merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Orang memandang sampai sejauh mana objek sikap dapat digunakan sebagai sarana dalam mencapai tujuan. Bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersikap positif terhadap objek sikap tersebut. Demikian sebaliknya bila objek sikap menghambat dalam pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap objek sikap tersebut. Fungsi ini juga disebut fungsi manfaat, yang artinya sampai sejauh mana manfaat objek sikap dalam mencapai tujuan. Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi penyesuaian, artinya sikap yang diambil seseorang akan dapat menyesuaikan diri secara baik terhadap sekitarnya.

b.      Fungsi pertahanan ego

Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk mempertahankan ego atau akunya. Sikap diambil seseorang pada waktu orang yang bersangkutan terancam dalam keadaan dirinya atau egonya, maka dalam keadaan terdesak sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego.

c.       Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu untuk mengekspresikan nilai yang ada dalam dirinya. Dengan mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dan dapat menunjukkan keadaan dirinya. Dengan mengambil nilai sikap tertentu, akan dapat menggambarkan sistem nilai yang ada pada individu yang bersangkutan.

d.      Fungsi pengetahuan

Fungsi ini mempunyai arti bahwa setiap individu mempunyai dorongan untuk ingin tahu.

2.    Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.

Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

a.         Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,

b.         menunggu peserta didik berperilaku negatif,

c.         menggunakan destruktif discipline,

d.        mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,

e.         merasa diri paling pandai di kelasnya,

f.          tidak adil (diskriminatif), serta

g.         memaksakan hak peserta didik (Mulyasa, 2005:20).

Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:

a.         kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik,

b.         kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,

c.         kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam,

d.        kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Sedangkan perilaku merupakan bentuk tindakan nyata seseorang sebagai akibat dari adanya aksi respon dan reaksi. Menurut Mann dalam Azwar (2000) sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda.

Menurut penuturan R.Tantiningsih dalam Wawasan 14 Mei 2005, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya: Pertama, menyiapakan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku. Ketiga, Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Kempat, adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.

Menurut Danni Ronnie M ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang guru, antara lain:

a.         kasih sayang,

b.         penghargaan,

c.         pemberian ruang untuk mengembangkan diri,

d.        kepercayaan,

e.         kerjasama,

f.          saling berbagi,

g.         saling memotivasi,

h.         saling mendengarkan,

i.           saling berinteraksi secara positif,

j.           saling menanamkan nilai-nilai moral,

k.         saling mengingatkan dengan ketulusan hati,

l.           saling menularkan antusiasme,

m.       saling menggali potensi diri,

n.         saling mengajari dengan kerendahan hati,

o.         saling menginsiprasi,

p.         saling menghormati perbedaan.

Jika para pendidik menyadari dan memiliki menerapkan 16 pilar pembangunan karakter tersebut jelas akan memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat dan negaranya.

3.    Faktor Penyebab Sikap dan Perilaku Guru Menyimpang

Jika ada pendidik (guru) yang sikap dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, adanya malpraktik (meminjam istilah Prof Mungin) yaitu melakukan praktik yang salah, miskonsep. Guru salah dalam menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tindakan kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu pelanggaran.

Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental, dan emosional, proses belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin harmonis layaknya orang tua dengan anaknya.

Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap, lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun realitas di lapangan pelajaran yang didapat siswa kabanyakan hanya dijejali berbagai materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan justru dilupakan.

Selain dari ketiga faktor di atas, juga dipengaruhi oleh tipe-tipe kejiwaan seperti yang diungkapkan Plato dalam "Tipologo Plato", bahwa fungsi jiwa ada tiga, yaitu: fikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran berkedudukan di kepala, kemauan berkedudukan dalam dada, dan perasaan berkedudukan dalam tubuh bagian bawah. Atas perbedaan tersebut Plato juga membedakan bahwa pikiran itu sumber kebijakasanaan, kemauan sumber keberanian, dan perasaan sumber kekuatan menahan hawa nafsu.

Jika pikiran, kemauan, perasaan tidak sinkron akan menimbulkan permasalahan. Perasaan tidak dapat mengendalikan hawa nafsu, akibatnya kemauan tidak terkendali dan pikiran tidak dapat berpikir bijak. Agar pendidikan di Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor tersebut. Kemudian mampu mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-kesalahan guru dalam sikap dan perilaku dapat dihindari.

D.      Wawasan Guru Sekolah Dasar

1.    Hakikat Sekolah Dasar

Sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan formal (pendidikan disekolah) yang paling awal diterima oleh siswa setelah keluar lingkungan pendidikan di keluarga yang lebuh bersifat informal selanjutnya dikembangkan agar mereka memiliki kemampuan dasar untuk dapat hidup di masyarakat. Pendidikan di sekolah dasar juga merupakan pendidikan awal sebelum memasuki jenjang kependidikan yang lebih tinggi, yaitu disekolah menengah, dan pendidikan tinggi.

Yang berkaitan dengan wawasan guru sekolah dasar diantaranya guru Sekolah Dasar. Salah satu unsur yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan pendidikan dasar, yang berkualitas ialah guru. Profil guru sekolah dasar dapat dilihat, antara lain dari jumlahnya, kualisifikasinya, penyebarannya, dan tuntutan tugasnya.

Guru sangat berperan dan strategis dalam mencapai keberhasilan pendidikan dilihat dari tuntutan perannya, guru mempunyai peran amat besar dan luas serta strategis. Dilingkungan sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil belajar siswa, pengarah belajar siswa, pembimbing siswa. Dalam hubungan keluarga, guru adalah pendidik keluarga, konsultan bagi keluarga, mitra kerja keluarga, dan sebagainya. Dilingkungan masyarakat, guru berperan sebagai pendidik masyarakat, pengembang masyarakat, pendorong atau penggerak masyarakat, dan sumber bagi masyarakat.

2.    Masalah Pendidikan Sekolah Dasar

Beberapa masalah yang masih dihadapi, antara lain sebagai berikut :

a.     Dari aspek kuantitas, jumlah guru yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi pertambahan siswa secara tuntutan pembangunan sekarang. Kekurangan guru sekolah dasar merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan dan daerah terpencil.

b.         Dari aspek kualitas, jelas tuntutan kualifikasi ideal bagi para guru sekolah dasar,  sebagian besar guru-guru dewasa ini masih belum memiliki pendidikan minimal yang dituntut. Upaya peningkatan kualifikasi ini selalu terbentur pada aspek biaya dan sumber-sumber lainnya.

c.         Dari aspek penyebarannya, masih terdapat ketidakseimbangan penyebaran guru. Disatu sekolah dirasakan kelebihan guru, sementara disekolah lain kekurangan guru.

d.        Dari aspek sistem pengajaran guru, pendapatan yang diperoleh guru dibandingkan dengan tugas dan tanggung jawabnya masih sangat jauh.

e.         Dari sistem pengelolaan dan jenjang karir guru, sistem yang ada sekarang boleh dikatakan lebih baik dari sistem dimasa lalu. Namun, dalam pelaksanaanya, masih dirasakan kendala. Kepastian pengembangan karier guru di masa yang akan datang, masih perlu dikembangkan secara lebih terarah dan sistematis.

Menghadapi masalah dan kendala diatas, jelas memerlukan pemikiran yang cukup sistematis dan menyeluruh serta melibatkan berbagai unsur yang terkait. Unsur-unsur yang terkait antara lain pihak pembuat keputusan dan kebijakan, pihak pengelola, lembaga pendidikan penghasil, dan para guru itu sendiri.

3.    Profil Guru Sekolah Dasar yang Ideal

Dalam hubungan ini para guru SD sangat diharapkan memiliki wawasan yang tepat mengenai kedudukannya sebagai guru SD. Selain dari mengenal mengenai fungsi dan peranan SD, hendaknya memiliki wawasan mengetahui profil dirinya sebagai guru SD.

Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh IKIP Bandung (Rochman Natawidjaja, 1989) diperoleh kesimpulan bahwa ada 15 macam ciri yang menunjang terwujudnya profil guru SD yang ideal. Kelima belas ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

a.         Memperlihatkan Integritas Pribadi :

1)      Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2)      Tawakal, Ikhlas dan Sabar

3)      Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

4)      Konsisten, Teguh dan Pendirian

5)      Mandiri

6)      Bertanggungjawab

7)      Berdisiplin

8)      Cekatan

b.         Memperlihatkan Kepemimpinan yang Produktif :

1)      Mampu mengelola waktu

2)      Luwes dan ramah dalam bergaul,

3)      Mempunyai cita-cita

4)      Terbuka

5)      Mampu dan berani mengambil keputusan

6)      Bekerja dengan rencana dan tertib

7)      Ulet dan tekun bekerja

c.         Memahami Konsep Dasar Keilmuan dan Mampu Berpikir Ilmiah :

1)      Kreatif

2)      Inovatif

3)      Menguasai metode pemecahan masalah

d.        Bersikap Profesional :

1)      Memahami profesi guru

2)      Memahami dan mematuhi etika guru

3)      Mampu dan mau menulis

e.         Memahami Siswa dan Berperilaku Empatik ;

1)      Perbedaan individual siswa

2)      Kekuatan kelemahan dan kesulitan siswa

3)      Memperlakukan siswa sesuai dengan kondisi psikologinya

4)      Mampu menarik perhatian siswa

f.          Memahami Hakikat dan Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar :

1)      Memahami fungsi sekolah dasar

2)      Memahami kurikulum sekolah dasar

3)      Memahami kaitan SD dengan pendidikan luar sekolah.

g.         Memahami Proses Pengembangan Kurikulum Sekolah Dasar :

1)      Makna kurikulum dan unsur-unsurnya

2)      Kaitan kurikulum dengan perkembangan siswa

3)      Kaitan kurikulum dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat

h.         Menguasai Bahan Ajaran :

1)      Menata bahan ajaran menjadi sajian yang utuh dan menarik

2)      Memahami keterkaitan antar bidang studi mampu meyakinkan kebermaknanaan bahan ajaran kepada siswa

i.           Mampu Merancang Program Pembelajaran :

1)      Meggunakan kurikulum SD

2)      Memilih dan mengembangkan bahan ajaran

3)      Memilih sumber dan media belajar

j.           Mampu Mengaktualisasikan proses pembelajaran secara Produktif :

1)      Mengelola kelas

2)      Menguasai berbagai metode mengajar

3)      Memberikan motivasi belajar kepada siswa

k.         Mampu Menilai Proses dan Hasil Belajar :

1)      Memahami prinsip-prinsip penilaian

2)      Memahami berbagai metode penilaian

3)      Mampu menyusun alat penilaian

l.           Melaksanakan Proses Guru dalam Bimbingan :

1)      Memahami program bimbingan disekolahnya

2)      Memahami peranan guru dalam bimbingan

3)      Memahami batas0batas wewenag guru dalam bimbingan

m.       Melaksanakan Peranan Guru dalam Penyelenggarakan Administrasi Sekolah Dasar :

1)      Memahami peranan guru dalam administrasi sekolah dasar

2)      Melaksanakan administrasi kelas

n.         Mampu Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Pembelajaran :

1)      Kerjasama dengan orang tua siswa untuk membantu belajar siswa

2)      Kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk kepentingan belajar siswa

o.         Melaksanakan Penelitian Sederhana untuk Mengembangkan dan Memperbaiki Kemampuannya :

1)      Mengumpulkan data sederhana

2)      Mengelola dan menafsirkan data

3)      Menerapkan temuannya dalam pengembangan dan perbaikan kemampuannya

D. KODE ETIK GURU

Etika, etos dan loyalitas kerja merupakan tiga hal yang saling terkait dan mempunyai peranan yang besar dalam mewujudkan proses dan kualitas kerja seseorang. Efektifitas, efisiensi, dan produktifitas suatu pekerjaan akan banyak tergantung pada tiga unsur tersebut. Untuk lebih jelasnya, kami akan menguraikan sebagia berikut :

1.      Etika Kerja

Secara umum, etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dalam pembuatan bermoral. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling sesuai dan baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian, akan tercipta pola-pola hubungan antarmanusia yang baik dan harmonis , seperti saling menghormati, saling menghargai, dan tolong-menolong.

Etika sebagai acuan pilihan perilaku bersumber pada norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang paling asasi, filsafat hidup ( di negara kita adalah Pancasila ), budaya masyarakat, disiplin keilmuan, dan prrofesi. Dalam dunia pekerjaan, etika sangat dibutuhkan sebagai landasan perilaku kerja dari para pekerja. 

Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut kode etik. Kod etik ini akan menjadi rujukan perilaku dalam melakukan tugas-tugas ( pekerjaan ). Untuk berbagai pekerjaan-pekerjaan yang tergolong profesional biasanya telah dibuat kode etik profesional yang ditetapkan oleh masing-masing organisasinya. Secara umum,  kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan, sebagai berikut :

a.         Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

b.         Untuk mengontrol terjadinya ketidaksepahaman dan persengketaan dari para pelaksana.

c.         Melindungi para praktisi dalam masyarakat, terutaa dalam hal adanya kasus-kasus penyimpangan tindakan.

d.        Melindungi anggota masyarakat dari praktik-praktik yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

2.      Etos Kerja

Kata “etos” bersumber dari pengertian yang sama dengan etika, yaitu sumber-sumber nilai yang  dijadikan rujukan pemilihan dan keputusan perilaku. Etos kerja lebih merujuk pada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin dalam unjuk kerja secara utuh dalam keseluruhan pekerjaan dalam berbagai dimensi kehidupannya. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung berbagai unsur antara lain:

a.         Disiplin kerja

b.         Sikap terhadap pekerjaan

c.         Sikap-sikap pekerjaan.

Dengan demikian, etos kerja merupakan tuntutan internal untuk berperilaku etis dalam mewujudkan unjuk kerja yang baik dan produktif. Perwujudan unjuk kerja ini, bersumber pada kualitas kompetensi aspek kepribadian yang mencakup aspek religi, intelektual, sosial, pribadi, fisik, moral dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa mereka yang dipandang memiliki etos kerja yang tinggi dan kuat akan memiliki keunggulan dalm kompetensi-kompetensi  tersebut.

Dalam aspek religi, etos kerja bersumber pada kualitas keyakinan sesuai dengan agama yang dianut seseorang yang diwujudkan dalam keseluruhan perilakunya. Secara intelektual. Secara intelektual, etos kerja berpangkal  pada kualitas kompetensi penalara yang dimilikinya, yaitu seperangkat pengetahuan yang diperlukan untuk menunjang unjuk kerja dalam melaksanakan tugas dan kewajiban pekerjaannya. Dalam aspek sosial, etos kerja ditunjukan dengan kualitas kompetensi sosial, yaitu kemampuan melakukan hubungan sosial secara efektif, seperti dalam sifat-sifat luwes, komunikatif, senang bergaul, dan banyak hubungan. Secara pribadi ( personal ), etos kerja tercermin dari kualitas diri yang sedemikian rupa sehingga menunjang keefektifan dalam pekerjaan, seperti sifat-sifat mampu mampu mengenal dan memahami diri, pemanpilan diri dan jujur. Secara fisik, etos kerja bersumber dan tercermin dalam kualitas kondisi fisik yang memadai sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. Dan secara moral, etos kerja bersumber dari kualitas nilai moral yang ada di dalam dirinya.

3.      Loyalitas Kerja

Loyalitas kerja merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk mengikuti pihak yang mempekerjakannya. Sikap merasa bagian dari lingkungan kerja, sikap rasa memilki lingkungan kerja adalah merupakan contoh dari sikap loyalitas kerja. Bagi para guru, loyalitas kerja itu diarahkan kepada dunia pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, pendidikan nasional menjadi tanggunga jawab pemerintah untuk mengembangkan dan melaksanakannya. Hal ini berarti bahwa para guru harus memberikan loyalitasnya kepada pemerintah. Loyalitas yang pasif dan mati hanya akan membuat kekakuan kerja dan dapat merusak integritas pribadi dan pekerjaan.

Etika kerja dan etos kerja sangat menentukan dalam perwujudan loyalitas kerja, artinya mereka yang menaati etika kerja dan memiliki etos kerja yang tinggi dan kuat, cederung akan memiliki loyalitas yang baik. Ketiga hal yang telah dikemukakan di atas, merupakan kunci utama dalam terciptanya suasana kerja yang harmonis serta pekerja yang dinamis dan produktif. Oleh karena itu, perlu diwujudka dengan sbaik-baiknya.

4.      Kode Etik Guru

Suatu profesi memerlukan kode etik untuk mengatur pola-pola tindakan para pemangku jabatan profesi itu. Kode etik profesional merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktifitas suatu profesi.

Meskipun kode etik itu dijadikan sebagai pedoman atau standar pelaksanaan kegiatan profesi, namun kode etik ini masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

a.       Beberapa isu tidak dapat diselesaikan dengan kode etik

b.      Ada beberapa kesulitan dalam menerapkan kode etik

c.       Kadang-kadang timbul konflik dalam lingkup kode etik

d.      Ada beberapa isu legal dan etika yang tidak dapat tergarap oleh kode etik

e.       Ada beberapa hal yang dapat iterima dalam waktu da tempat umum, mungkin tidak cocok dalam waktu dan tempat lain

f.       Kadang-kadang ada konflik antara kode etik dan ketentuan hukum

g.      Kode etik sulit untuk menjangkau lintas budaya

h.      Kode etik sulit untuk menembus berbagai situasi.

Kode etik ini merupakan suatu kesepakatan bersama dari para anggota profesi, maka kode etik ini ditetapkan oleh organisasi profesi yang mendapat persetujuan dan kesepakatan dari para anggotanya. Khusus mengenai kode etik profesi guru di Indonesia, PGRI telah merumuskan kode etik ini dalam Kongres XIII di Jakarta tahun 1973.

Adapun lingkup isi kode etik guru Indonesia , mencakup:

a.       Aspek kualifikasi guru profesional, didalamnya trdapat aspek pengetahuan, keteramplan, sikap, dan kualifikasi guru pribadi.

b.      Lingkup tugas dan aktifitas guru, di dalamnya trdapat tugas-tugas sebagai pribadi, pejabat profesi guru, anggota masyarakat, dan warga negara.

c.       Hubungan dengan lembaga atau pihak lain yang terkait.

Kode etik guru mengandung pedoman dasar perilaku dalam:

a.         Membimbing, mengajar, dan melatih siswa

b.         Hubungan dengan siswa, sejawat, organisasi, orang tua, pemerintah dan masyarakat.

c.         Pengembangan pribadi dan profesi

d.        Melaksanakan kebijaksanaan pemerintah profesi.

Secara lengkap, rumusan kode etik guru Indonesia adalah sebagai berikut :

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Bab III pasal 7) dijelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

1.         Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,

2.         Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan dan ketakwaan dan akhlak mulia,

3.         Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,

4.         Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya,

5.         Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan,

6.         Memperoleh penghasilan yang ditentukan dari prestasi kerja,

7.         Memiliki kesempatan untuk mengembangkakn keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat,

8.         Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,

9.         Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru.

Organisasi kependidikan selain sebagai cirri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi sebagai pemersatu seluruh anggota dalam kiprahnya menjalankan tugasnya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan professional, kedua fungsi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

1.         Fungsi Pemersatu

2.         Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkan melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.

Guru SD sangat diharapkan memiliki wawasan yang tepat mengenai kedudukannya sebagai guru SD. Selain dari mengenal mengenai fungsi dan peranan SD, guru juga harus memahami masalah-masalah yang berkembang dalam dunia pendidikan dasar, serta hendaknya memiliki wawasan mengetahui profil dirinya sebagai guru SD.

Tiga hal yang berkaitan dengan kode etik guru Indonesia yaitu etika kerja, etos kerja, dan loyalitas kerja. Ketiganya merupakan komponen yang sangat penting dalam membangun efektifitas, efisiensi, dan produktifitas suatu pekerjaan.

B.       Saran

Para pendidik, calon pendidik, dan pihak-pihak yang terkait hendaknya mulai memahami, menerapkan, dan mengembangkan sikap-sikap serta perilaku dalam dunia pendidikan melalui teladan baik dalam pikiran, ucapan, dan tindakan.

   

DAFTAR PUSTAKA

Surya H. M, dkk. 2007. Kapita Selecta Kependidikan SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Kartadinata, Sunaryo. M.Pd. 2012. Bahan  Ajar Profesionalisme Guru, PTK dan KTI. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia 

Lanjutkan Membaca di www.makalahinyong.blogspot.com

History of the Indian Temple Building

Types of stone architecture. There are two types of stone architecture, Rock cut. Rock-cut architecture is made by carving into natural rock. Usually hewn into the sides of mountain ridges, rockcut structures are made by excavating rock until the desired forms are achieved.Stone built. The focus of this guidebook, stone-built architecture, on the other hand, involves assembling cut stone pieces to form a whole. Buddhism gets the ball rolling.

  1. corporate travel management, sbi foreign travel card, government travel card login, axis bank travel card login, icici bank travel card login, wiki travel, government travel card training, travelers business insurance, business travel agency, corporate travel planners, best business credit cards for travel, corporate travel agent, best credit card for travel miles, travel points credit card, icici travel card, travel credit cards no annual fee, credit cards for travel miles, travel rewards credit cards, best travel rewards credit card, deem travel, travel management company, best credit card for travel points, folding dress shirts for travel, best travel cards, travel credit cards, travelers insurance workers comp, best travel credit card no annual fee, what are travelers checks.

best travel insurance for usa, travel insurance companies, how far does a cough travel, travellers diarrhea, best travel rewards credit cards, traveling nursing jobs, best time to travel to southeast asia, travel insurance plans, american express travel notification, credit card travel insurance.

The first stone architecture in India was rock cut and executed by Buddhist monks; prior to these structures, all architecture had been made of wood. The most impressive examples were rock-cut religious sanctuaries, excavated directly out of the basalt mountains lining the western edge of the Deccan Plateau, the elevated, v-shaped landmass that comprises most of the Indian peninsula. The caves at Ajanta - as well as those at nearby Bedsa, Bhaja, Karla, Kondane, Nashik, and Pitalkhora - were part of this initial wave of excavations.

  1. travel rewards card, travel rewards cards, travelers commercial insurance, axis bank travel card, corporate traveller, best travel rewards card, best travel rewards credit card 2017, best card for travel miles, top travel credit cards, icici travel card login, corporate travel services, best travel credit card offers, the best travel credit card, go hilton team member travel program, traveling insurance, best credit card for air travel, how to fold a dress shirt for travel, apec business travel card, travel credit cards for students, travelers workers comp phone number, citibank travel card, credit card for international travel, good travel credit cards, should i use a travel agent, christopherson business travel, best airline travel credit card, best credit card for travel benefits, post office travel card, citibank government travel card login, one travel credit card, citi gov travel card, travelers brewery, visa travel credit card, what is the best travel rewards credit card, best no fee travel credit card.

Inspiration for India's rock architecture Early Buddhist architecture was likely indirectly inspired by that of the Egyptians. The Egyptians were probably the first civilization in the world to construct stone architecture; they began with stone-built pyramids in the 27th century BCE (Djoser's Step Pyramid in Saqqara) and continued with rock-cut tombs in the 16th century BCE (Valley of the Kings in Luxor).

travel credit card offers, american express platinum travel benefits, business travel, best credit card for travel insurance, travel voucher army, citi government travel card, travel card 101, credit card for travel, best credit card for international travel, best travel credit card 2017, compare travel credit cards, which seismic waves travel most rapidly, best credit card for foreign travel, best travel rewards cards, gov travel card, best travel credit card, travel and tourism degree, travel time pay for hourly employees, travel card, us bank corporate travel, travelers workers comp, best travel hashtags, defense travel system, best credit cards for travel rewards, wells fargo travel notice, best credit cards for travel, best credit cards for travel miles, castaway travel, travel insurance international, travel to mexico with green card.

At the same time, similar stone-built pyramids, called ziggurats, were being built not too far away in Mesopotamia (modern day Iran and Iraq); the earliest probably date from the late part of Sumeria's Early Dynastic period (2900-2350 BCE). The ziggurat pyramid design, however, was never transformed from stepped to smooth edged, as was the case in Egypt.

  1. amex platinum travel benefits, best travel card, travel debit card, best credit card for travel rewards, what is the best credit card for travel, travel reward credit cards, credit cards with travel rewards, american airlines award travel, government travel card citi, best credit cards for travel abroad, bankamericard travel rewards credit card, health insurance traveling abroad, travel credit card, the mark travel corporation, travelers home insurance login, thomas cook travel card, citi travel card, credit cards for travel, travel lounge, best travel points credit card, international travel medical insurance, best credit card for travel, best credit cards for international travel, travel rewards credit card, travel credit cards for bad credit, citi dod travel card, international travel health insurance, business travel tips, lotus traveler, best credit cards for travel points, corporate travel, travel savings card, buy travel insurance, best credit card for european travel.
  2. Egyptian and Mesopotamian forms and building practices were borrowed by the Persians, who embraced rock-cut architecture. In fact, the royal tombs of Darius (522 BCE to 486 BCE) and the rest of the Old Persian (Achaemenid) Empire were rock cut; they are located just outside of the ancient city of Persepolis in modern-day Iran. Most likely drawing on Persian precedent, India's earliest stone architects commenced building rock-cut architecture in the 3rd-2nd centuries BCE. These architects adapted Persian forms - infusing them with local design preferences derived from their existing wood-based architecture and introducing entirely new features to suit their unique religious practices - to create rock caves with an entirely new aesthetic.

travel health insurance canada, visa travel card, law and order svu lost traveler, best travel credit cards, traveler insurance, government travel card, best debit cards for international travel, best rewards credit card for travel, citibank government travel card phone number, best travel reward credit cards, travel times, us bank travel card, defense travel management office, travel insurance for usa visitors, travel health insurance europe, annual travel insurance, chase travel credit card, how to become a traveling nurse, travel trailer insurance quote, travel nursing pros and cons, travel agents australia, travel card 101 answers, medical travel insurance, united travel insurance, travel insurance online, travel insurance medical, john hancock travel insurance, travelers casualty and surety company of america, cruise travel insurance, allianz travel insurance claim, educational travel, credit cards with travel insurance, travel rewards, hertz travel agent, enterprise travel agent, travel insurance quotes, should i get travel insurance.

Why were the Buddhists the first to build in stone? It appears that the Buddhists just happened to have the support of rulers and rich merchants during the critical period in which Persian rock-cut architectural practices began to trickle into the subcontinent. Keep in mind, although the Buddhist faith was founded in India in the 6th century BCE, it did not gain widespread adoption until it received imperial sponsorship by the powerful Mauryan Emperor, Ashoka, who converted to Buddhism and ruled most of the Indian subcontinent from 269-232 BCE. The faith garnered subsequent momentum as a rising merchant class were attracted to Buddhism.

  1. costco travel insurance, citi government travel card login, citi travel card dod, uw travel clinic, fcm travel, the travel corporation, vietnam travel agency, visa prepaid travel card, citi government travel card online account access, which item is a benefit of using the travel card, mastercard prepaid travel card, travel point, bcaa travel insurance, short term travel health insurance, international travel insurance, travel medical insurance usa, us travel insurance.

american airlines group travel, travel insurance for usa from india, chase sapphire reserve travel insurance, best travel medical insurance, mastercard travel card, bajaj allianz travel insurance, chase reserve travel insurance, travel time to work, exclusive group travel, barclay travel card, travel insurance cancel for any reason, amex travel card, amex travel card, best travel health insurance, chase travel card.